Friday, July 26, 2013

Gradasi yang Tersembunyi



Selamat malam… Iya, ini sudah malam. Kelam. Dan tak tentram.
Kau tahu… penyakit radang rindu kembali menderu pada ku.
Aku tak pernah tahu apa yang sebenarnya benar-benar menggelayuti kalbuku.
Sedikit yang aku tahu..
Sosokmu sering mengusik ruang damai pada diriku dengan hadirmu yang tak pernah menentu.

Oh ya, pertama kali aku menatapmu ketika…. Ah, entahlah ! Aku lupa. Kurasa tak begitu penting mengingat kapan pertama kali aku menatapmu. Iya, awal dari menatapmu yang kemudian menjalar ke dalam relung di mana aku tak pernah tahu persis letaknya. Begitu dalam…. terkadang memang merisaukan namun aku tak bisa mengelak bahwa di situ lah letak kedamaian yang sesungguhnya.

Dari sudut pandang lain… aku ingin menceritakan kepadamu. Semata-mata hanya agar engkau tahu. Menginjak bangku kuliah di kampus pendidikan ini, aku tak begitu bergairah. Tentu, sudah banyak yang tahu mengapa aku begini. Iya, ini bukan tujuan utamaku. Bisa dibilang, ini memang tak termasuk dalam daftar goal of my life. Aku duduk di kampus ini semata-mata karena kecerobohanku. Tak lepas dari sifatku yang dulu masih labil, dan sudah pasti, ini adalah korban dari sikapku yang tergesa-gesa. Meskipun tak bergairah, perubahan spectrum warna tak enggan mengunjungiku. Tak begitu kontras memang, tapi ia menciptakan  ragam gradasi yang harmonis. 

Kau tahu ? Entah siapa yang mengundangmu, tapi kau masuk dalam salah satu ragam gradasi yang terekam korneaku.  Begitu menawan namun terasa samar. Iya, samar  karena sekian lama kau masuk dalam gradasi itu, aku tak pernah tahu siapa namamu. Sedikit pun tak pernah tahu ! Ah, sudahlah ! Aku tak ingin berbelit-belit terlalu panjang dengan alegori ini. Lebih baik kusampaikan sebagaimana aslinya. Kembali saat pertama kali menatapmu. Oh iya ! Aku ingat ! Ketika itu di mushola gedung orange. Kau pasti tahu. Ada hal yang entah sulit sekali didiskripsikan dengan kata di mana ia menjalar dari mata dan berujung ke relung dalam yang kuceritakan tadi. Begitu cepat dan singkat. Membuatku penasaran siapa sebenarnya sosok yang ada pada dirimu. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan… hingga tak terasa semester satu berada di ujung waktu. Namun aku tetap tak tahu siapa namamu, dari mana asalmu, program studi apa yang kau ambil, dan masih banyak lagi. Iya, aku tak tahu apa-apa tentang dirimu.

Tak terasa sudah menginjak pada semester dua. Masih tetap sama, aku tak tahu apa pun tentangmu. Semakin, semakin dan semakin membuatku penasaran. Ditambah lagi jadwal kuliah yang membuat kita berada pada satu gedung dalam waktu yang tidak hanya sehari. Ah, alangkah senangnya ketika itu ! Semakin sering kesempatan yang diberikan Tuhan untuk sekedar menatapmu. Semakin sering kau menampakkan kharisma yang meleburkan keadaan di sekitarku. Tak jarang setelah menatapmu, aku tak bisa menyembunyikan wajahku yang memerah sehingga membuat teman-temanku curiga. Setiap kali ditanya temanku aku selalu mengatakan “Aku nggak tahu siapa dia, kayaknya anak fisika deh. Tapi namanya siapa aku nggak tahu.” Iya, aku bodoh sekali dengan seenaknya berargumen bahwa kau adalah anak fisika. Oh ya, ada satu kejadian yang sempat membuatku sedikit terluka. Ketika itu aku menunggumu di kursi depan gedung bersama dengan teman-temanku. Sengaja memang, aku menunggumu. Waktu itu aku hapal betul kapan kita berada pada satu gedung. Sesaat setelah aku menunggumu, kau keluar bersama dengan seorang temanmu. Lalu kau duduk di teras gedung. Seperti menunggu sesuatu. Dan ternyata benar, kau menunggu seorang wanita yang entah aku tak tahu siapa itu. Berdua dengan wanita itu kau berlalu meninggalkan gedung. Sempat pula terbesit untuk tidak lagi penasaran tentangmu. Namun apa daya, hasrat hanyalah hasrat. Di mana ia sering terkalahkan dengan kemurnian naluri. Aku….masih tetap ingin tahu tentangmu.

Sampai pada suatu waktu… di mana ada seseorang yang memberitahukan siapa sosok dirimu. Tak begitu detail memang. Namun cukup membuatku lega. Iya, kini aku tahu siapa namamu, dari mana asalmu, apa program studi yang kau ambil, dan salah satu akun jejaring sosial milikmu. Hal itu kuketahui saat sudah menginjak akhir dari semester dua. Dan itu tandanya mungkin sebentar lagi aku harus pergi. Aku tak tahu apakah aku akan benar-benar  akan meninggalkan kampus pendidikan ini. Ternyata… waktu menjawab. Dan memang benar, aku harus pergi meninggalkan kampus ini. Aku tak lagi berada dalam naungan pendidikan yang sama denganmu. Sudah pasti, aku akan jarang melihatmu apa lagi menatapmu. Bisa jadi tak akan pernah. Tapi semoga tak begitu, karena Tuhan tidak pernah tidak baik. Oh ya, sepertinya terakhir kali bertemu denganmu ketika itu….di gedung tempat kita kuliah bersama. Di lantai satu. Aku ingat sekali kau mengenakan kaos berwarna biru dan jaket yang aku lupa berwarna apa. Ah, biru ! Salah satu warna kesukaanku. Dan kala itu aku mengenakan blus putih dengan bolero blaster hitam putih. Semoga kau juga ingat. Saat itu kau berjalan dari arah timur, tepatnya dari kamar mandi dan aku dari barat, dari ruang kelasku. Sama-sama menuju keluar gedung. Kau tahu ? Saat itu perasaanku tak menentu. Benar-benar tak kusangka aku akan seperti itu.

Siang tadi…aku mengunjungi kampus untuk pamit kepada pembimbing akademik. Aku juga menyempatkan untuk sekedar mengelilingi fakultas tempat aku menuntut ilmu selama setahun ini. Dan…yang membuat dadaku sesak sekali hingga aku memutuskan untuk membuat tulisan ini adalah… aku seperti melihat bayanganmu di setiap sudut gedung di mana aku dulu menatapmu. Apalagi saat kau mengenakan kemeja abu-abu bermotif kotak-kotak  atau kaos polo berwarna merah marun. Sangat tergambar jelas ! Malam ini pun… saat aku membuat tulisan ini… aku tak bisa mengelak bahwa aku sangat merindukanmu. Padahal, aku tak tahu apakah akan ada kesempatan lagi untuk bertemu denganmu. Tapi, sekali lagi, Tuhan tidak pernah tidak baik. Baiklah, terimakasih sudah melukis gradasi dalam spectrum warna di hidupku selama hampir setaun ini. Aku akan menggenggam kenangan ini di kota seberang sana. Oh ya, aku membuat tulisan ini sekali lagi, semata-mata agar engkau tahu. Untuk selanjutnya, of course, it’s up to you ! :-)

No comments:

Post a Comment