Monday, October 28, 2013

Hati dan Waktu

Kau pasti tahu, hujan baru saja meredakan dirinya.
Tidak seperti hujan yang pertama, ia tidak menyisakan aroma khasnya.
Apa kau juga merasakan begitu? Atau aku hanya lupa dengan bau hujan ?
Biarlah. Setidaknya ia menyejukkan.
Menyejukkan jiwa yang terbelenggu dalam lingkaran rindu.
Rindu yang terbawa oleh waktu dan semakin menderu.
Aku tahu ini bukan tentang cinta, bukan pula tentang logika.
Ini hanya polemik hati. Iya, hati.
Syukurlah, belum menjalar sampai pada naluri.
Sengaja aku ingin diam. Ingin kubiarkan ia menari-nari dalam relung hati.
Sampai ia berada pada titik di mana ia harus berhenti.
Sampai tak ada lagi alunan musik yang sanggup mengiringi.
Sepertinya aku hanya perlu mengijinkan ia berada pada masanya.
Cukup dengan membiarkan sang waktu meredakannya.
Iya, aku ingin ia mengikuti waktu.
Karena tiap waktu adalah benar, meskipun kebenaran tidak selalu sama.
Karena waktu melaju dengan kecepatan yang sangat tepat, pada setiap sudut ruang.
Karena waktu adalah kemutlakan.
Dan semua yang mutlak adalah bagian dari Yang Maha Mutlak.
Lalu, apa hubungannya dengan hati ?
"Hati adalah milik Sang Pembuat Hati.", begitu rangkaian kata yang pernah kau ucapkan kepadaku.
Waktu dan hati. Biarkan mereka beriringan sesuai dengan jalurnya.
Karena memang sudah seharusnya, bahwa Sang Pembuat Hati adalah Yang Maha Mutlak.




Untukmu dengan segala kesunyianmu, yang entah sudah terlelap atau belum.
Aku titipkan rindu ini lewat sisa air hujan.
Maaf, birbirku tak mampu berucap, hanya jemariku yang sanggup berkata. :-)