Tuesday, June 25, 2013

Madu Semut Putih

Sudah lama tidak menyempatkan waktu untuk bermain kata dengan keyboard. Apa kabar ? :)
Banyak sekali yang ingin aku ungkapkan sampai tidak tahu mana yang lebih baik didahulukan.
Tapi untuk kali ini, pada malam yang dingin di tempat paling nyaman ini, aku ingin mengurangi apa yang sedang aku simpan. Bukan membuang, mungkin aku hanya ingin memindahkan saja.

Hai Semut Putih. Apa kabar ?
Meskipun semu, baru dua hari yang lalu aku menyapamu 'kan ?
Entahlah...aku selalu ingin menyapamu.
Ini bukan musimnya bersemi.
Mungkin aku menentang musim, atau memang karena nutrisinya berlebihan ?
Kau tahu, aku menganggap semua ini sudah kadaluarsa.
Tapi aku salah. Ini bukan bahan buatan yang mengandung pengawet dan memiliki masa kadaluarsa.
Ini alami. Sealami madu yang tersimpan dalam kaleng terisolasi.
Sama seperti madu alami. Pada dasarnya ia memiliki umur yang tidak benar-benar berakhir.
Meskipun ia sudah mengkristal atau mungkin menjadi lebih gelap, tapi ia tetap bisa dikonsumsi.
Seperti itu pula yang aku simpan. Kalau dihitung, mungkin sudah hampir 3 tahun.
Sudah mengkristal ? Sudah menjadi lebih gelap ? Sudah. Sudah berbagai fase yang dilaluinya.
Tapi ia tetap hidup. Bahkan bersemi.
Dan yang pasti, ia manis sekali.
Ah, mungkin aku terlalu meng-alegorikan apa yang aku simpan dengan madu. Tapi memang begitu lah kenyataannya.
Kau tahu, ia sudah terombang-ambing kesana kemari. Bahkan sampai saat ini.
Mengenai hujaman, ia mungkin sudah tegar. Mungkin karena dulu terlalu sering dihujam.
Tapi bukankah bisa karena terbiasa ? Ya, terbiasa dihujam hingga terbiasa membiarkan.
Aku tahu kau tak mungkin menyimpan madu itu lagi. Meskipun dulu kau dulu yang memberikan madu-mu.
Aku paham, seperti sebelumnya tadi, "bisa karena terbiasa".
Terbiasa karena madu-mu didiamkan. Sampai ia mengkristal. Dan parahnya madu-mu tak dicairkan.
Sampai kau memberikan madu-mu yang baru kepada orang baru pula.
Dan orang baru itu lah yang menjaga madu-mu. Ketika mengkristal, ia mencairkan. Ketika menjadi gelap, ia menerangkan. Bahkan ia juga memberikan madunya untukmu. Bukankah begitu ?
Dan aku.... Iya, aku menyesal telah mendiamkan madu-mu. Aku menyesal tak memberikan madu-ku kepadamu.
Tapi aku beruntung, aku masih tetap bisa menjaga silaturrahmi denganmu meskipun hanya dengan madu-ku. Walapun terkadang penjaga madu-mu marah, menentang.
Sampai-sampai aku tak tahu bagaimana keadaanmu. Sekalipun itu di dunia semu.
Kau tahu, yang sangat ingin aku tanyakan...
Apakah madu pertama-mu masih tetap menjadi milikku ? Iya. Madu-Pertama-mu.
Bukankah dulu kau sendiri yang memberikan madu-mu kepadaku dan kau sendiri yang menyatakan bahwa itu madu pertama-mu ?
Aku tidak akan merusak madu-mu dan madu-nya yang saat ini kalian sama-sama menjaganya.
Kau tahu, jikalau madu pertama-mu itu masih kau berikan kepadaku, aku menganggap madu itu menjadi milikku.
Dan sudah pasti, aku akan menjaganya. Bukankah madu alami tak memiliki tanggal kadaluarsa ?
Akan kucairkan madu-mu yang sudah mengkristal, dan akan kuterangi madu-mu yang telah menjadi gelap.
Akan kujaga sendiri. Akan kumasukkan dalam kaleng dan kusembunyikan rapat-rapat.
Dan tentunya.. tak seorangpun boleh mengetahuinya.
Baiklah... mungkin cukup itu yang dapat aku sampaikan. Lebih tepatnya, yang dapat aku pindahkan dari lubuk ke tempat semu ini.
Terimakasih Semut Putih atas madu termanis yang pernah kau berikan dulu, akan kujaga sampai madu-mu benar-benar tak mau dijaga.
Terimakasih kemarin-kemarin sudah 'meng-amin-i' doaku. Karena sesungguhnya dalam doaku itu terdapat namamu.
Semoga sukses dengan tujuanmu untuk memiliki identitas 'Putih'. :)