Friday, March 21, 2014

Entah Kamu Sebut Ini Apa



Aku tidak mengerti mengapa malam ini aku bertingkah seperti ababil. Aku tidak paham mengapa aku se-alay ini. Aku benar-benar tidak mengerti. I have no reasons. I think I’m just to be on my own. I’m just me. Dan aku malam ini adalah aku yang seperti makhluk Tuhan lainnya, mungkin. Jadi, wajar kan jika aku juga bisa merasakan rindu yang teramat menderu ? Baiklah. Jujur, sebelumnya aku memang belum pernah merasakan hal seperti ini. Rindu serindu-rindunya rindu. Entahlah. Yang aku tau, rindu adalah soal waktu. Dan protes apa yang dapat kita lakukan terhadap waktu ? Tidak ada.
Sekali lagi, mungkin aku terlampau alay malam ini. Tapi biarlah. Meskipun malam ini kamu sangat menjengkelkan ( dan kali ini kamu benar-benar menjengkelkan ) , tapi tetap saja. Yang namanya rindu tidak mudah berlalu. Aku benar-benar tidak pernah merasakan rindu yang seperti ini sebelumnya. Baiklah, biarkan aku menikmati rinduku dalam malamku. Setidaknya, masih ada sisa-sisa baumu yang masih bisa kupeluk dan menghangatkan tidurku. Selamat malam.  Dan aku sungguh merindukanmu.

Tuesday, March 18, 2014

K.A.M.U.


Tanganku yang besarnya hanya separuh dari tanganmu.
Selamat malam, kamu. Kamu yang sepertinya dua hari ini ingin bersaing dengan mamahku,  menjadi the best moodboosterku. Kamu, yang mengatakan bahwa fotoku cantik tapi orangnya serem. Kamu, yang tadi sore minta dimasakin mie instan. Kamu, yang selalu mau bantuin habisin makananku di saat aku terlampau kenyang. Kamu, yang selalu minta injury time kalau di suruh pulang. Kamu, yang pinter banget bikin aku ketawa, atau hanya sekedar tersenyum. Kamu, yang menjadi manja seperti anak kecil saat kamu sakit, atau saat kita sedang berjauhan. Kamu, yang tidak pernah tidak ribut ketika kita bertemu, maaf untuk luka di lengan, tangan atau bahkan di dahimu. Kamu, yang sabar mengantarku mencari makanan masam saat tiba-tiba aku bertingkah seperti orang ngidam. Kamu, yang membawakan susu saat aku lelah. Kamu, yang memberikan motivasi agar aku selalu sehat. Kamu, yang berpura-pura sudah bangun saat aku menelepon untuk membangunkanmu, aku tau kok apakah kamu sudah terbangun atau belum. Kamu, yang memijat kepalaku saat aku terserang migrain, atau memijat kakiku saat aku kelelahan.Kamu, yang sering makan fuyung hai, kwetiauw, bakso, dan bakpau bersamaku. Eh, sudah lama kita tidak pernah makan bakpau. Kamu, yang tidak mau mengakui saat aku kurusan. Kamu, yang menyamakan aku dengan mobil SUV, dan kamu yang menjadi truk tronton-nya. Kamu, yang mengatakan jidatku seperti lampu neon, tapi kamu suka hidung dan bulu mataku kan ? Kamu, yang selalu sms “otw” dan “dpn” saat datang ke kosku. Kamu, yang sudah dua kali melihat aku menangis di depanmu. Ah, aku malu ! Aku tidak mau kamu melihatku menangis lagi. Kamu, yang hampir setiap pagi mengirim sms “Semangat kuliah :)”. Kamu, yang kepala dan kakinya tidak bisa diam saat duduk. Kamu orang pertama yang memanggilku dengan sebutan “tante gunung”.  Kamu, yang kalau nyanyi nada bisa berubah langsung 3 oktaf. Kamu, yang hampir pernah mau mati konyol bersamaku di rel kereta api. Kamu yang sering membuatku marah, tapi tidak pernah membuatku merajuk. Kamu yang alay, yang manja, yang menjengkelkan, yang…. ah, sudahlah. Nanti kamu besar kepala. Yang pasti, kamu seperti satpam, seperti dokter, seperti badut, dan seperti kasur.  Kamu menjaga, mengobati, menghibur, dan kamu memberikan rasa nyaman.

Monday, October 28, 2013

Hati dan Waktu

Kau pasti tahu, hujan baru saja meredakan dirinya.
Tidak seperti hujan yang pertama, ia tidak menyisakan aroma khasnya.
Apa kau juga merasakan begitu? Atau aku hanya lupa dengan bau hujan ?
Biarlah. Setidaknya ia menyejukkan.
Menyejukkan jiwa yang terbelenggu dalam lingkaran rindu.
Rindu yang terbawa oleh waktu dan semakin menderu.
Aku tahu ini bukan tentang cinta, bukan pula tentang logika.
Ini hanya polemik hati. Iya, hati.
Syukurlah, belum menjalar sampai pada naluri.
Sengaja aku ingin diam. Ingin kubiarkan ia menari-nari dalam relung hati.
Sampai ia berada pada titik di mana ia harus berhenti.
Sampai tak ada lagi alunan musik yang sanggup mengiringi.
Sepertinya aku hanya perlu mengijinkan ia berada pada masanya.
Cukup dengan membiarkan sang waktu meredakannya.
Iya, aku ingin ia mengikuti waktu.
Karena tiap waktu adalah benar, meskipun kebenaran tidak selalu sama.
Karena waktu melaju dengan kecepatan yang sangat tepat, pada setiap sudut ruang.
Karena waktu adalah kemutlakan.
Dan semua yang mutlak adalah bagian dari Yang Maha Mutlak.
Lalu, apa hubungannya dengan hati ?
"Hati adalah milik Sang Pembuat Hati.", begitu rangkaian kata yang pernah kau ucapkan kepadaku.
Waktu dan hati. Biarkan mereka beriringan sesuai dengan jalurnya.
Karena memang sudah seharusnya, bahwa Sang Pembuat Hati adalah Yang Maha Mutlak.




Untukmu dengan segala kesunyianmu, yang entah sudah terlelap atau belum.
Aku titipkan rindu ini lewat sisa air hujan.
Maaf, birbirku tak mampu berucap, hanya jemariku yang sanggup berkata. :-)

Saturday, September 21, 2013

Di Dalam Labirin Sendu

Selamat malam, jiwa berpancar cahaya semu.
Tatkala naluri enggan bersembunyi lagi, apa yang ada dalam kalbu hanyalah rasa sendu.
Mungkin, aku tak perlu memaksa untuk menahan rindu.
Iya, aku hanya perlu menyusuri lorong-lorong rindu yang entahlah di mana ujungnya.
Berlekuk-lekuk membangun labirin yang dibalut kegundahan.
Sekali lagi, aku tak perlu memaksa. Aku enggan bersembunyi lagi.
Meski sendiri dalam sepi, berkuasa dalam asa.
Semua itu hanyalah canduku yang menumpuk seiring waktu.
Bisikan merdu pun hanya akan menjadi halusinasi tak bertepi.
Seperti pantai yang kehilangan ombak. Sungguh tak lagi mempesona.
Ia tak punya kehangatan yang memeluknya erat, kehangatan yang selalu ada.
Seperti itu pula aku terperangkap dalam dimensi ini.
Begitu indah, namun menyakitkan.
Iya, kau pasti tahu, sesuatu yang indah namun menyakitkan.
Adakah sebutan lain yang pantas selain kata 'rindu' ?
Aku rindu cerita tak berujung, tawa lepas tanpa batas.
Aku rindu sendu tangisnya, pilu dalam bisu.
Aku rindu terbuai dalam erat peluknya, lega pada sandaran bahunya.
Aku rindu kehangatan bersamanya, bahagia di sampingnya.
Aku.... rindu orang terdekatku, yang selalu memahamiku.
Karena kenyataannya,
Ketenangan bersama orang terdekatku, masih tak bisa terkalahkan oleh orang yang ada di sekitarku.

Friday, July 26, 2013

Gradasi yang Tersembunyi



Selamat malam… Iya, ini sudah malam. Kelam. Dan tak tentram.
Kau tahu… penyakit radang rindu kembali menderu pada ku.
Aku tak pernah tahu apa yang sebenarnya benar-benar menggelayuti kalbuku.
Sedikit yang aku tahu..
Sosokmu sering mengusik ruang damai pada diriku dengan hadirmu yang tak pernah menentu.

Oh ya, pertama kali aku menatapmu ketika…. Ah, entahlah ! Aku lupa. Kurasa tak begitu penting mengingat kapan pertama kali aku menatapmu. Iya, awal dari menatapmu yang kemudian menjalar ke dalam relung di mana aku tak pernah tahu persis letaknya. Begitu dalam…. terkadang memang merisaukan namun aku tak bisa mengelak bahwa di situ lah letak kedamaian yang sesungguhnya.

Dari sudut pandang lain… aku ingin menceritakan kepadamu. Semata-mata hanya agar engkau tahu. Menginjak bangku kuliah di kampus pendidikan ini, aku tak begitu bergairah. Tentu, sudah banyak yang tahu mengapa aku begini. Iya, ini bukan tujuan utamaku. Bisa dibilang, ini memang tak termasuk dalam daftar goal of my life. Aku duduk di kampus ini semata-mata karena kecerobohanku. Tak lepas dari sifatku yang dulu masih labil, dan sudah pasti, ini adalah korban dari sikapku yang tergesa-gesa. Meskipun tak bergairah, perubahan spectrum warna tak enggan mengunjungiku. Tak begitu kontras memang, tapi ia menciptakan  ragam gradasi yang harmonis. 

Kau tahu ? Entah siapa yang mengundangmu, tapi kau masuk dalam salah satu ragam gradasi yang terekam korneaku.  Begitu menawan namun terasa samar. Iya, samar  karena sekian lama kau masuk dalam gradasi itu, aku tak pernah tahu siapa namamu. Sedikit pun tak pernah tahu ! Ah, sudahlah ! Aku tak ingin berbelit-belit terlalu panjang dengan alegori ini. Lebih baik kusampaikan sebagaimana aslinya. Kembali saat pertama kali menatapmu. Oh iya ! Aku ingat ! Ketika itu di mushola gedung orange. Kau pasti tahu. Ada hal yang entah sulit sekali didiskripsikan dengan kata di mana ia menjalar dari mata dan berujung ke relung dalam yang kuceritakan tadi. Begitu cepat dan singkat. Membuatku penasaran siapa sebenarnya sosok yang ada pada dirimu. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan… hingga tak terasa semester satu berada di ujung waktu. Namun aku tetap tak tahu siapa namamu, dari mana asalmu, program studi apa yang kau ambil, dan masih banyak lagi. Iya, aku tak tahu apa-apa tentang dirimu.

Tak terasa sudah menginjak pada semester dua. Masih tetap sama, aku tak tahu apa pun tentangmu. Semakin, semakin dan semakin membuatku penasaran. Ditambah lagi jadwal kuliah yang membuat kita berada pada satu gedung dalam waktu yang tidak hanya sehari. Ah, alangkah senangnya ketika itu ! Semakin sering kesempatan yang diberikan Tuhan untuk sekedar menatapmu. Semakin sering kau menampakkan kharisma yang meleburkan keadaan di sekitarku. Tak jarang setelah menatapmu, aku tak bisa menyembunyikan wajahku yang memerah sehingga membuat teman-temanku curiga. Setiap kali ditanya temanku aku selalu mengatakan “Aku nggak tahu siapa dia, kayaknya anak fisika deh. Tapi namanya siapa aku nggak tahu.” Iya, aku bodoh sekali dengan seenaknya berargumen bahwa kau adalah anak fisika. Oh ya, ada satu kejadian yang sempat membuatku sedikit terluka. Ketika itu aku menunggumu di kursi depan gedung bersama dengan teman-temanku. Sengaja memang, aku menunggumu. Waktu itu aku hapal betul kapan kita berada pada satu gedung. Sesaat setelah aku menunggumu, kau keluar bersama dengan seorang temanmu. Lalu kau duduk di teras gedung. Seperti menunggu sesuatu. Dan ternyata benar, kau menunggu seorang wanita yang entah aku tak tahu siapa itu. Berdua dengan wanita itu kau berlalu meninggalkan gedung. Sempat pula terbesit untuk tidak lagi penasaran tentangmu. Namun apa daya, hasrat hanyalah hasrat. Di mana ia sering terkalahkan dengan kemurnian naluri. Aku….masih tetap ingin tahu tentangmu.

Sampai pada suatu waktu… di mana ada seseorang yang memberitahukan siapa sosok dirimu. Tak begitu detail memang. Namun cukup membuatku lega. Iya, kini aku tahu siapa namamu, dari mana asalmu, apa program studi yang kau ambil, dan salah satu akun jejaring sosial milikmu. Hal itu kuketahui saat sudah menginjak akhir dari semester dua. Dan itu tandanya mungkin sebentar lagi aku harus pergi. Aku tak tahu apakah aku akan benar-benar  akan meninggalkan kampus pendidikan ini. Ternyata… waktu menjawab. Dan memang benar, aku harus pergi meninggalkan kampus ini. Aku tak lagi berada dalam naungan pendidikan yang sama denganmu. Sudah pasti, aku akan jarang melihatmu apa lagi menatapmu. Bisa jadi tak akan pernah. Tapi semoga tak begitu, karena Tuhan tidak pernah tidak baik. Oh ya, sepertinya terakhir kali bertemu denganmu ketika itu….di gedung tempat kita kuliah bersama. Di lantai satu. Aku ingat sekali kau mengenakan kaos berwarna biru dan jaket yang aku lupa berwarna apa. Ah, biru ! Salah satu warna kesukaanku. Dan kala itu aku mengenakan blus putih dengan bolero blaster hitam putih. Semoga kau juga ingat. Saat itu kau berjalan dari arah timur, tepatnya dari kamar mandi dan aku dari barat, dari ruang kelasku. Sama-sama menuju keluar gedung. Kau tahu ? Saat itu perasaanku tak menentu. Benar-benar tak kusangka aku akan seperti itu.

Siang tadi…aku mengunjungi kampus untuk pamit kepada pembimbing akademik. Aku juga menyempatkan untuk sekedar mengelilingi fakultas tempat aku menuntut ilmu selama setahun ini. Dan…yang membuat dadaku sesak sekali hingga aku memutuskan untuk membuat tulisan ini adalah… aku seperti melihat bayanganmu di setiap sudut gedung di mana aku dulu menatapmu. Apalagi saat kau mengenakan kemeja abu-abu bermotif kotak-kotak  atau kaos polo berwarna merah marun. Sangat tergambar jelas ! Malam ini pun… saat aku membuat tulisan ini… aku tak bisa mengelak bahwa aku sangat merindukanmu. Padahal, aku tak tahu apakah akan ada kesempatan lagi untuk bertemu denganmu. Tapi, sekali lagi, Tuhan tidak pernah tidak baik. Baiklah, terimakasih sudah melukis gradasi dalam spectrum warna di hidupku selama hampir setaun ini. Aku akan menggenggam kenangan ini di kota seberang sana. Oh ya, aku membuat tulisan ini sekali lagi, semata-mata agar engkau tahu. Untuk selanjutnya, of course, it’s up to you ! :-)

Saturday, July 13, 2013

Separuh Naluri yang Tak Kunjung Kembali

Hallo kamar semu....
Sudah lama sebenarnya aku menyebutnya sebagai kamar semu. Iya, kamar. Di kamar lah kita bisa melakukan semua hal yang ingin kita lakukan. Tentunya, jika kamar itu milik kita pribadi.
Baiklah...masih tetap sama. Kali ini aku ingin sedikit mengeluarkan ion-ion otak yang sudah beberapa malam ini sulit membuat mata terpejam.

Oh iya, aku belum pernah cerita. Setelah gagal masuk NCI ( sudah pernah aku ceritain di post last UNSPEAKABLE ) ternyata sama Allah dikasih rejeki yang lain. Iya, Alhamdulillah aku lolos SNMPTN di Universitas Negeri Malang prodi Pendidikan IPA. Banyak sekali cerita selama setahun di jurusan ini. Of course, It created so much bittersweet memories :") Nanti kalau ada kesempatan insyaAllah aku ceritakan kok :)
Prodi Pendidikan IPA pilihan kedua ku. Jujur, aku asal milih waktu itu. Aku bodoh sekali tanpa mempertimbangkan segala konsekuensi. Iya, memang ketika itu aku tidak begitu niat ikut SNMPTN karena memang targetku aku bisa masuk Sekolah Tinggi. Bukan Universitas. Iya, aku masih cinta sama seragam (halah -,-). Sempet lolos tahap 1 di salah satu Sekolah Tinggi yang juga kedinasan di Yogyakarta. Tapi memang cuma sampai D1. Entahlah, tiba-tiba aku enggan melanjutkan. Begitu juga saran dari mamahku. Akhirnya aku memutuskan untuk menjalani kuliah di Pend.IPA ini. Waktu masuk pertama kali, nggak ada rasa deg-deg an sama sekali. Saat itu yang ada di pikiranku, "ikuti saja arus air". Dan...tak terasa itu berjalan hingga satu tahun. Alhamdulillah selama di Pend.IPA ini meskipun aku tidak begitu niat, tapi IP selama dua semester cukup memuaskan. Tapi..... entah kenapa aku masih belum bisa menjalani dengan niat yang ikhlas, padahal berkali-kali dosen kimiaku selalu memberikan ceramah bahwa mulai saat itu juga kita harus meluruskan niat. Sempat sudah bisa lurus, tapi lagi-lagi goyah. Akhirnya...aku memutuskan untuk mendaftar lagi. Sempat berkali-kali berubah pikiran mau daftar di mana lagi. Sempat juga ingin di Universitas tetangga.

Akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar lagi di Sekolah Tinggi. Kali ini aku memilih dua sekolah tinggi. NCI dan STTN (Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir). Iya, aku datangi NCI untuk kedua kalinya. Aku masih menaruh harapan pada NCI. Meskipun fisikku sudah tak sekuat dulu lagi. Meskipun semangatku tak sehebat dulu lagi. Tapi aku masih menginginkan NCI. Iya, aku sangat menginginkan NCI. Namun... lagi-lagi manusia hanya bisa berencana dan berharap. Aku gagal lagi di NCI. Bahkan hanya sampai tahap 2. Padahal dulu bisa sampai tahap 4. Ah, entahlah. Itu memang bukan jalanku. Seketika itu, aku sangat rajin berdoa. Kini satu-satunya harapanku adalah aku bisa masuk di STTN. Pengumuman di STTN hanya berselang 3 hari dari pengumuman di NCI. Selama tiga hari itu pula aku benar-benar berdoa kepada Allah SWT untuk bisa masuk di STTN. Selama tiga hari itu pula aku berubah menjadi orang yang rajin sekali beribadah karena pamrih. Iya, dalam doaku, "aku masuk di STTN". Aku sangat yakin ketika itu aku akan bahagia jika aku diterima di STTN. Sempat terbesit bagaimana jika aku gagal mendaftar di dua sekolah tinggi ini ? Bagaimana jika aku harus kembali ke Pendidikan IPA dengan tangan kosong ? Padahal teman-temanku di Pend.IPA rela mengundur jadwal UAS hanya karena dosenku tidak mau jika ada satu mahasiswa yang tidak hadir.

Akhirnya hari yang kutunggu tiba. Ketika itu hari Senin. Sengaja aku buka siang hari website sekolah tinggi itu. Berkali-kali aku check belum juga muncul. Ah, sudahlah mungkin nanti sore, pikirku. Tiba-tiba sekitar jam 12 siang ada SMS masuk dari kakak kelasku yang sudah menjadi mahasiswa di STTN. Kakak itu mengatakan bahwa aku diterima di prodi Teknokimia Nuklir. Iya, prodi itu memang pilihan pertamaku. Aku belum percaya jika aku belum melihatnya sendiri. Itu lah salah satu sifatku. Aku sempat mengatakan tentang SMS ini kepada mamahku. Tapi kami sama-sama belum percaya. Beberapa saat kemudian aku buka lagi website itu dan ternyata sudah terpampang pengumuman yang aku tunggu. Setelah aku buka hasilnya.... ternyata apa yang dikatakan kakak kelasku itu benar. Alhamdulillah, aku benar-benar diterima di STTN. Namun, entah mengapa aku tidak se-bahagia yang aku bayangkan. Aku memang lega, terlebih orang tua ku. Mereka tampak sangat mendukungku. Namun entah mengapa ada perasaan khawatir yang aku tak tahu itu apa yang seketika menyelimuti kebahagiaanku.

Seiring waktu berjalan... Tentunya aku mulai sibuk mempersiapkan segala kebutuhan daftar ulang. Sudah pasti, ini ribet. Tapi semua calon mahasiswa baru STTN pasti juga merasakan hal yang sama. Dan sampai pada waktu daftar ulang di mana aku harus datang ke kampus STTN. Aku ditemani mamahku berangkat ke Jogja dan menyelesaikan segala urusan di sana. Setelah urusan selesai kami numpang istirahat di rumah teman bapakku sambil menunggu travel untuk pulang. Ketika itu mamah bisa tertidur lelap. Mungkin memang kecapekan. Aku juga capek, tapi aku merasakan kerisauan yang amat mendalam yang ada di hati dan pikiranku. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Apakah aku yakin akan masuk sekolah tinggi ini ? Apakah aku yakin akan meninggalkan Pend.IPA ? Apakah aku sebagai anak yang paling manja di rumah benar-benar bisa jauh dari orang tua ? Aaaah ! Terlalu banyak pertanyaan yang membuatku semakin risau ketika itu. Sampai-sampai aku tak kuasa menahan air mataku bercucuran. Sengaja aku gigit bibir bawahku agar tangisku tak bersuara. Aku tak ingin mamahku mengetahui kerisauan akan hal yang sudah aku pilih sendiri. Sampai malam datang ketika perjalanan pulang pun aku masih sangat risau. Berkali-kali aku aku berusaha menahan erat air mataku agar tak jatuh setetes pun. Sampai akhirnya... risau itu hilang seiring dengan semakin dekatnya jarak menuju rumah.

Dan....siapa sangka risau itu akan benar-benar hilang. Semakin hari risau itu justru semakin meradang. Menjalar entah dari mana ke mana. Yang jelas ada pada diriku setiap saat. Juga ada pada kalbuku. Iya, setiap saat ! Mungkin risau itu menjauh hanya ketika aku melakukan shalat, membaca Al-Quran dan ketika aku berkumpul dengan orang-orang yang aku sayangi. Iya, orang-orang terdekatku. Lalu...bagaimana jika di sana nanti ? Aku tak punya orang terdekat. Apa aku akan merasakan risau yang menderu hingga empat tahun mendatang ? Aku sadar. Aku selalu tergesa-gesa menentukan pilihanku. Aku sadar, lagi dan lagi aku tak mempertimbangkan secara matang terhadap segala konsekuensi yang harus aku hadapi kelak. Aku sadar, aku sering terbawa suasana dan emosi ku sesaat. Aku tak memikirkan jangka panjang tentang bagaimana aku keluar dari zona nyamanku. Dan aku seakan lupa bahwa aku bukanlah manusia yang selalu berpikiran "past is the past". Iya, aku tidak mudah move on dari orang-orang sekitarku. Bagaimana pun itu. Aku sangat menghargai waktu, meskipun sudah berlalu. Jika saja aku bisa, aku ingin selalu membekukan waktu. Namun...aku adalah makhluk Allah yang tak punya kuasa untuk membekukan waktu. Seakan-akan aku selalu tak bisa hidup jika jauh dari orang-orang yang selalu ada di sampingku, yang selalu ada di sekelilingku. Entahlah....aku juga tak mengerti mengapa aku begini.

Aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan sekarang selain berdoa dan berdoa. Aku tak sanggup jika aku harus menceritakan kerisauanku ini kepada keluargaku, terlebih kepada orang tuaku. Sungguh, aku tak sanggup ! Aku tak ingin mereka kecewa karena anaknya yang pengecut ini, yang tidak bisa konsekuen terhadap apa yang telah dipilihnya. Apalagi kamar kost baru sudah dipesan, sebagian barang-barangku juga sudah dikemas. Semua persiapan insyaAllah sudah selesai. Tinggal satu yang terpenting yang belum usai. Yaitu hati. Iya, naluri hatiku belum sepenuhnya siap. Mungkin hanya separuh naluriku yang sudah menyatakan kesiapannya. Separuhnya lagi...entahlan masih terombang-ambing tak karuan. Hanya doa dalam setiap sujudku yang sangat aku harapkan untuk bisa mengumpulkan dan menyatukan separuh hatiku yang masih sulit untuk menorehkan niat yang tulus, niat yang ikhlas untuk menjalani duniaku yang baru. Aku selalu percaya, Allah selalu memberikan jalan terbaik untuk umat-Nya. Allah selalu ada ketika tak ada siapa pun di sampingku. Allah, Dia lah satu-satunya yang sanggup menyatukan bagian dari naluri yang hilang. Karena tidak ada naluri yang lebih tentram selain karena ridha Allah. :")

Tuesday, June 25, 2013

Madu Semut Putih

Sudah lama tidak menyempatkan waktu untuk bermain kata dengan keyboard. Apa kabar ? :)
Banyak sekali yang ingin aku ungkapkan sampai tidak tahu mana yang lebih baik didahulukan.
Tapi untuk kali ini, pada malam yang dingin di tempat paling nyaman ini, aku ingin mengurangi apa yang sedang aku simpan. Bukan membuang, mungkin aku hanya ingin memindahkan saja.

Hai Semut Putih. Apa kabar ?
Meskipun semu, baru dua hari yang lalu aku menyapamu 'kan ?
Entahlah...aku selalu ingin menyapamu.
Ini bukan musimnya bersemi.
Mungkin aku menentang musim, atau memang karena nutrisinya berlebihan ?
Kau tahu, aku menganggap semua ini sudah kadaluarsa.
Tapi aku salah. Ini bukan bahan buatan yang mengandung pengawet dan memiliki masa kadaluarsa.
Ini alami. Sealami madu yang tersimpan dalam kaleng terisolasi.
Sama seperti madu alami. Pada dasarnya ia memiliki umur yang tidak benar-benar berakhir.
Meskipun ia sudah mengkristal atau mungkin menjadi lebih gelap, tapi ia tetap bisa dikonsumsi.
Seperti itu pula yang aku simpan. Kalau dihitung, mungkin sudah hampir 3 tahun.
Sudah mengkristal ? Sudah menjadi lebih gelap ? Sudah. Sudah berbagai fase yang dilaluinya.
Tapi ia tetap hidup. Bahkan bersemi.
Dan yang pasti, ia manis sekali.
Ah, mungkin aku terlalu meng-alegorikan apa yang aku simpan dengan madu. Tapi memang begitu lah kenyataannya.
Kau tahu, ia sudah terombang-ambing kesana kemari. Bahkan sampai saat ini.
Mengenai hujaman, ia mungkin sudah tegar. Mungkin karena dulu terlalu sering dihujam.
Tapi bukankah bisa karena terbiasa ? Ya, terbiasa dihujam hingga terbiasa membiarkan.
Aku tahu kau tak mungkin menyimpan madu itu lagi. Meskipun dulu kau dulu yang memberikan madu-mu.
Aku paham, seperti sebelumnya tadi, "bisa karena terbiasa".
Terbiasa karena madu-mu didiamkan. Sampai ia mengkristal. Dan parahnya madu-mu tak dicairkan.
Sampai kau memberikan madu-mu yang baru kepada orang baru pula.
Dan orang baru itu lah yang menjaga madu-mu. Ketika mengkristal, ia mencairkan. Ketika menjadi gelap, ia menerangkan. Bahkan ia juga memberikan madunya untukmu. Bukankah begitu ?
Dan aku.... Iya, aku menyesal telah mendiamkan madu-mu. Aku menyesal tak memberikan madu-ku kepadamu.
Tapi aku beruntung, aku masih tetap bisa menjaga silaturrahmi denganmu meskipun hanya dengan madu-ku. Walapun terkadang penjaga madu-mu marah, menentang.
Sampai-sampai aku tak tahu bagaimana keadaanmu. Sekalipun itu di dunia semu.
Kau tahu, yang sangat ingin aku tanyakan...
Apakah madu pertama-mu masih tetap menjadi milikku ? Iya. Madu-Pertama-mu.
Bukankah dulu kau sendiri yang memberikan madu-mu kepadaku dan kau sendiri yang menyatakan bahwa itu madu pertama-mu ?
Aku tidak akan merusak madu-mu dan madu-nya yang saat ini kalian sama-sama menjaganya.
Kau tahu, jikalau madu pertama-mu itu masih kau berikan kepadaku, aku menganggap madu itu menjadi milikku.
Dan sudah pasti, aku akan menjaganya. Bukankah madu alami tak memiliki tanggal kadaluarsa ?
Akan kucairkan madu-mu yang sudah mengkristal, dan akan kuterangi madu-mu yang telah menjadi gelap.
Akan kujaga sendiri. Akan kumasukkan dalam kaleng dan kusembunyikan rapat-rapat.
Dan tentunya.. tak seorangpun boleh mengetahuinya.
Baiklah... mungkin cukup itu yang dapat aku sampaikan. Lebih tepatnya, yang dapat aku pindahkan dari lubuk ke tempat semu ini.
Terimakasih Semut Putih atas madu termanis yang pernah kau berikan dulu, akan kujaga sampai madu-mu benar-benar tak mau dijaga.
Terimakasih kemarin-kemarin sudah 'meng-amin-i' doaku. Karena sesungguhnya dalam doaku itu terdapat namamu.
Semoga sukses dengan tujuanmu untuk memiliki identitas 'Putih'. :)


Saturday, December 1, 2012

UNSPEAKABLE TITTLE part V. LAST, but not LEAST.

Haaaaaaaaaaaaiiiiiiiiiiiiii......... lamaaaaaaaa banget nget nget ya nggak ngepost. :")) Nano-nano deh alasannya :) Sebenernya pengen langsung ngepost ini itu, tapi nggak enak kalo UNSPEAKABLE nya nggak diselesaiin :') Oke, biar cepet tau endingnya, langsung aja deh ya. :))
Tanggal 9 Juni 2012, pengumuman tahap ke tiga udah keluar. sisa peserta tinggal 197. Alhamdulillah :) Aku harus melanjutkan tahap ke empat dan kebagian jadwal tanggal 15 sama tanggal 19. Jadi, mau nggak mau selama itu aku harus tinggal di Bogor. Oke, ini konsekuensi :) Waktu itu aku berangkat  tanggal 13 Juni 2012. Hari terakhir ujian SNMPTN tulis. Hari Rabu itu, bakalan jadi hari yang sibuk banget. Pagi, tes SNMPTN, sorenya harus cuss ke Bogor. Alhamdulillah tes SNMPTN siang udah selesai. Langsung siap-siap habis itu sore sekitar habis maghrib berangkat ke Bogor. Perjalanan kali ini tetap sama seperti biasanya. Full jalur selatan. Dan masih sama ditemani tiga anggota keluargaku. Mamah, Bapak, kakak. Waktu itu aku banyak tidurnya. Mungkin baru nyampe Solo aku udah tidur dan terbangun udah subuh di Cilacap. Langsung mandi dan nunggu kakakku yang tidur buat istirahat sebentar. Sekitar jam setengah delapan kita melanjutkan perjalanan. Masih pagi jadi masih lumayan sepi :D Sekitar jam 10an kita berhenti di RM.Pringsewu. Waktu itu rumah makannya masih sepi. Cuma ada satu rombongan bis. Habis pesen ini itu, aku langsung ke kamar mandi. Waktu balik dari kamar mandi, kakakku bilang kalo ternyata rombongan itu adalah rombongannya Judika. Yaampuuun, gitu tadi kenapa nggak aku perhatiin. Minimal kan bisa liat wajahnya Judika dari deket -_- Oke, itu cuman selingan. Habis makan, kita lanjut perjalanan dan nyampe bogor seperti biasa udah malem dan langsung ke Pendopo 45. Well, it's time to take a rest :)
Hari Jum'at tanggal 15 Juni 2012. Ini adalah sesi pertama tes tahap ke empat. Tes Kesehatan. Sebelumnya sudah puasa selama 14jam :D Next, seperti biasa pula aku dianterin ke Bumi Sanapati. Waktu itu aku masih ditemenin mamah sampai nunggu jam  masuknya. Terus ada tiga cewek berjilbab yang datang. Setelah saling tanya ini itu, ketiga cewek itu bernama Ella, Sofia dan Latika. How are you guys ? :'D Mereka dari Purworejo. Sama-sama dari SMAN 1 Purworejo. Setelah mendektai jam masuk, mereka mengajakku menuju gerrbang. Asyiiiik. Dapet temen baru lagi. \(^o^)/ Seperti biasa gerbang dibuka dan pengecek-an ID. Masuk satu-satu dan langsung ke ruang Auditorium. Waktu itu ada banyak tes kesehatan. Ada jantung, gigi, varises, mata, darah, dirontgen juga. Lengkap deh pokoknya. Selesai nya mungkin sekitar jam 1an siang. Setelah sesi pertama selesai, aku balik lagi ke pendopo 45. Dan Ella, Sofia, Latika juga balik ke kost mereka. Kita masih lanjut menginap di Pendopo 45 sampai besok. Tapi besok rencananya jalan-jalan. Entah ke mana aja lah biar nggak bosen buat nunggu tanggal 19 nya :D Setelah bingung mau ke mana, akhirnya kita memilih ke wisata Matahari di kawasan Puncak. Lumayan sih. Tapi menurutku standart aja. Tapi oke lah daripada diem aja. Setelah itu kita nyari penginapan lagi dan akhirnya kita milih buat nyoba di Hotel Santo Jaya. Lokasinya lumayan strategis. Rame juga waktu itu, maklum lagi weekend. Tapi hotelnya enak kok, nggak ada suasana horror kayak di pendopo 45 hehe :p Waktu tidur malem, sekitar jam 1 an aku kebangun gara-gara denger ada tawuran di jalan -_- Untungnya bisa tidur lagi. Paginya, habis sarapan, terus siap-siap check out, kita maen lagi ke Puncak, agak bosen sih, tapi nggak tau mau ke mana lagi. Yaa, intinya sih cuman nyari hotel/penginapan supaya nggak bosen -_- Akhirnya nyoba di Villa Cik Mungil. Satu kata buat villa ini HORROR ! Kita semua merasakan kehorroran itu sih -_- Bapak aja sampe nggak bisa tidur semaleman gara-gara katanya sih, ada yang mainan kelambu di kamar mandi :| Pagi nya bapak ngomel2 ngapain kita milih Villa ini -_- Next, hari ini kita berencana jalan-jalan lagi dan kembali ke pendopo 45. Waktu itu kita juga berburu restoran yang ada masakan Jawa, boseen sama makanan yang itu-itu aja :| Tapi untungnya kita nemu restoran yang aku lupa namanya di daerah Puncak juga tapi masakan Jawa nya lengkap deh. Enak pula :D Habis makan, kita lanjut keliling kota Bogor. Sempet shopping juga sampe lupa waktu :D Malemnya sekitar jam aetengah 8, kita menuju ke Pendopo 45 :D Langsung mandi, makan terus istirahat siapin stamina buat besok :)
Hari Selasa tanggal 19 Juni 2012. Sesi kedua, tahap empat. Tes Kebugaran. Jam setengah 7 pagi berangkat. Nggak lupa sarapan juga. :) Nyampe sana langsung ketemu sama Ella, Sofia, Latika :) asyiiiiik sekarang nggak perlu ditungguin lagi :D Jam 7 kita masuk, seperti biasa lagi. Masuk satu persatu. Setelah diberikan pengarahan mengenai tes kebugaran, kita langsung siap-siap. Pertama, kita dicheck dulu, tensi darah. Waktu itu aku ketinggian :'( padahal aku selalu darah rendah. Entahlah :'( Terus, ada tes lari 6 menit, push up, sit up, chin up dan yang terakhir shuttle run. Waktu itu aku dapat kenalan baru lagi, namanya Suci. Halloooo Suci ? Are you okay ? :') Alhamdulillah semua sudah terlampaui. Waktu persiapan mau pulang, entah kenapa kayak ada yang mengganjal. Aku juga nggak tau itu apa. Padahal menurutku, semua tes berjalan lancar. Berasa ini bakalan jadi yang terakhir kali nya aku masuk Bumi Sanapati. Ah, tidak! Ini hanya perasaan khawatir. Iya, ini hanya perasaan :) Sebelum berpisah, aku tukeran nomer hape sama Suci, begitu juga sama Ella :D Waktu pulang, kita dianterin kakak senior tingkat tiga yang katanya dari Malang, dari SMA Cor Jesu. Apa kabar kakak ? Semoga cepat lulus ya :'D Oke, see you NCI, Amiiin :'D Setelah nunggu beberapa menit, aku dijemput dan kita langsung pulang ke Malang. Capeeek banget. Badan nyeri semua. Jadi waktu itu istirahat di mobil juga nggak bisa enak :| Cuss lewat jalur selatan lagi. Nyampe Malang udah malem.
Hari Selasa tanggal 26 Juni 2012. Seminggu berlalu. Hari ini pengumuman tahap ke-empat. Tahap yang sempat bikin aku ragu. Aku sengaja nggak buka situsnya pagi, toh biasanya muncul siang hari. Tapi aku terus sms an sama si Ella, nggak tau kenapa dari mereka bertiga aku lebih deket sama si Ella :D Sampe akhirnya jam 2 siang aku buka, ternyata yang muncul cuma 72. deg ! ternyata belum semuanya :| Setelah nunggu dan buka berkali-kali masih juga tetep. Mulai ada perasaan nggak enak :'(  Tapi waktu itu aku udah tau Adimas lolos. :D Aku sama Ella sama-sama saling mendoakan. Sampe akhirnya jam 9 malem aku buka lagi, udah 97. Daaaaan........ dibawah namanya Ella.... NGGAK ADA NAMAKU. Iya, AKU NGGAK LOLOS di tahap ini. :')
Aku langsung sms si Ella, aku kasih ucapan ke dia. Ella juga ngasih semangat ke aku, kata Ella, coba besok pagi dibuka lagi, soalnya masih ada kemungkinan diubah lagi. Aku sms juga ke Adimas, dia langsung nyemangatin aku. :') Aku juga ngasih kabar ke mas Ryan, siswa NCI yang selalu ngasih aku info ini itu. Aku bilang ke dia, aku gugur di tahap ini. Dan mas Ryan bilang kalo besok pagi aku disuruh buka lagi, soalnya jumlahnya biasanya 110. Tapi ini masih 97. Aku nggak berharap banyak lagi. Aku cuma bisa berdoa dan pasrah sepenuhnya. Aku ingin Tuhan menunjukkan jalan terbaik untukku. Ketika aku bilang ke mamah kalo aku nggak lolos, mamah biasa saja. Mamahku memang selalu bersikap let it flow dan take it easy ! :') Beda dengan bapak. Bapak memang nggak marah. Tapi bapak sampe nggak bisa tidur dua hari gara-gara aku gugur di tahap ini. Maaf ya mah, bapak ! :'( Pagi nya aku nyoba buka, ternyata nggak ada perubahan. Aku kasih kabar lagi ke mas Ryan. Mas Ryan langsung ngasih aku semangat, ngasih aku motivasi. Makasih banyak ya Mas Ryan. :') Aku juga ngasih kabar ke temen-temenku. Mereka semua menguatkan aku. Mereka menyemangatiku. :')
Oke, ternyata aku harus meninggalkan NCI cukup sampai di sini. Thanks mom, dad, my lovely family, my bestie, my bestfriends, my beloved firends, my mates, and also.... MY CLASSMATE, LA SAVIER. I love all of you, guys ! So deep ! IT'S REALLY UNSPEAKABLE :')

Wednesday, August 22, 2012

UNSPEAKABLE TITTLE part IV

Hello helloooo.... minal aidzin wal faidzin ya sebelumnya. Mumpung masih lebaran :D
Oke, aku mau  ngelajutin postingan sebelumnya nih :) Tanggal yang aku tunggu akhirnya datang juga. 4 Juni 2012. Di web dikasih pengumuman kalo hasil tahap 2 tanggal 4 Juni. Selain itu juga dikasih tau buat nyiapin berkas-berkas untuk tahap 3. Waktu tanggal 4 aku buka pagi jelas belom ada. Terus aku buka siang. Tetep belom ada. Akhirnya galau juga kita berangkat apa enggak. Kalo nggak berangkat hari Senin pasti ya nggak bisa nyampe sana tepat waktu. Kalo berangkat hari Senin....yah... rasa psimis itu pasti masih ada. Tapi, akhirnya mamah mutusin untuk tetep berangkat. Aku sempet bilang kalo aku ragu. Tapi mamah bilang, "Ya kalo nggak lolos anggap aja rekreasi". :') Yap. Akhirnya habis maghrib kita berangkat juga. Oh ya, sampe maghrib pun pengumuman belom keluar loh. Aku buka lagi, ternyata diundur besok, tanggal 5. Nah lo ?
Perjalanan kali ini full jalur selatan. Mulai berangkat pun udah pake jalur selatan. Tapi aku banyak tidurnya, makanya aku nggak begitu menikmati :| Besoknya, aku lupa udah nyampe mana ya ? ._. aku buka tetep belom ada :( Hampir ganti jam dan ganti kota aku buka webnya. Tetep belom ada. Aaah ! Entahlah. Aku benar-benar pasrah saat itu :') sekitar jam 4 sore aku buka lagi. Saat itu masih nyampe Cianjur. Dan lagi macet-macetnya :| Akhiirnya ada juga pengumuman tahap 2. Bismillaaaah. Downloaded ! deg deg deg..... !
Dan hasilnya...... alhamdulillah ! 1200179 muncul lagi :') aaaaaaaa! seneeeng banget nget nget ! :'D sekarang peserta tinggal 200an :D Langsung ngabarin temen-temen yang tadi nanyain. Semua yang di mobil juga seneng :') Adimas juga lolos lagi. Begitu juga Arman ! :') Tapiii Risna sama Arip nggak lolos :( Ah! Firasat mamah selalu benar ! :')
Then, lanjutin perjalanan. Nyampe di Pendopo 45 (lagi) udah malem. Langsung mandi terus tidur. Soalnya besok juga harus ke Bumi Sanapati pagi-pagi :D
Pagi, 6 Juni 2012. Sekitar jam 7.30 an berangkat nunggu taxi di depan hotel. Ya, waktu itu aki mobil rewel. Waktu tanya pak satpam hotel, katanya di daerah sini sulit dapet taxi. Mending naik angkot aja. Angkotnya suruh nganterin sampe kampus. Okelah, alhasil aku sama mamah naik angkot. Hihihi kapan lagi naik angkot di daerah sini =) Nyampe depan kampus berasa sepi. Iya lah orang tinggal 200. Udah gitu dibagi 3 hari. Berarti hari ini sekitar 60-70 an yang datang. Gerbang udah dibuka. Seperti biasa pula, masuk langsung baris satu persatu. Habis itu langsung masuk ke...gatau ruangan apa itu. Pokoknya di atas. Duduk sesuai nomer antrian. Waktu duduk sempet kenalan sama Arin, dia dari Madiun. Halo Arin, apa kabar ? Semoga sukses ya di IPB :'D Sempet tukeran nomer hape juga aku sama Arin :') Nggak terasa nomer urutanku dipanggil. Habis diperiksa ini itu, centang-centang. Akhirnya selesai juga. Habis itu aku balikin nomer antrian ke kakak yang selalu nganterin kita masuk saat ngurusin ini itu, yang biasanya jaga di pos depan. Kakak yang menurutku punya pandangan mata yang teduh. :') Kakak yang namanya Teguh kalau nggak salah. Apa kabar kakak ? :')
oke, habis itu langsung balik ke hotel naik angkot lagi. Habis itu siang sekitar jam 11an pulang deh. Sama kayak berangkat, full jalur selatan :) Sempet mampir Purworejo sama Jogja juga sih. Jam 1 pagi nyampe di Purworejo. Beli maem di alun-alun. Habis itu nginep di hotel depan SMA 1 Purworejo :) Besoknya lanjut ke Jogja. Maen ke parangtritis. Agak lama juga di sana. Oh ya, aku juga nemuin rumahnya temenku yang udah tiga taun berteman di dunia maya loh, Satria Jati hihihihi =D Habis dari Parangtritis langsung balik deh ke malang. Nyampe rumah masih pagi. Langsung beres-beres habis itu tepar. Well, tentunya nunggu pengumuman berikutnya lagi. Wait for the next post ya. See y'all ! :)

Saturday, August 11, 2012

UNSPEAKABLE TITTLE part III

Helloooo.... maaf yak nggak sesuai janji. Akhir-akhir ini sibuk pake banget nih. :(
Oke, nggak pake banyak basa-basi, langsung lanjut ke cerita berikutnya aja deh ya :))
Dulu nyampe.....oh ya, mau psikologi test ya! Well, jadwal tes psikologi tanggal 23 Mei. Aku berangkat dari Malang tanggal 21 Mei, hari Senin. Yap, selalu hari Senin :) Oh ya, sebelum itu hari Minggu nya aku ada masalah kesehatan. Padahal di pengumuman sudah diingatkan untuk menjaga dan mempersiapkan kesehatan sebaik-baiknya sebelum tes psikologi. Waktu itu nggak tau kenapa aku muntah-muntah terus, gara-gara habis makan rujak :| Kata mamah sih mungkin aku alergi sama petisnya :| Udah pasti deh, aku dimarah-marahin sana-sini -_- Tapi untungnya setelah periksa ke dokter terus dikasih obat, besoknya waktu berangkat udah mendingan, meskipun nggak seratus persen :)
Tanggal 21 Mei aku berangkat. Kali ini berangkat nggak pake pak sopir. Tapi kakakku yang nyetir, padahal dia belom pernah nyetir jarak jauh gitu, bismillah deh pokoknya. Seperti biasa, jalur utara lebih dominan. Tapi nggak lewat Jakarta. Kali ini lewat Brebes-Majalengka-Sumedang-Bandung-Cianjur-Bogor. Yaaah lumayan lah, suasana baru. Udah gitu nggak begitu banyak TOL yang biasanya selalu bikin bosen :| Btw aku inget tujuh taun yang lalu waktu pertama kali ke puncak aku lewat jalan-jalan ini :') Ternyata nggak begitu berubah :) Tapi, lewat jalur ini lumayan lama loh, biasanya 21-22 jam udah nyampe, kali ini 27 jam baru nyampe :| Fiuuh, pantat berasa tebel deh :| seperti biasa, nyampe Bogor langsung ke hotel PENDOPO 45 yang selalu jadi langganan :') Habis mandi, makan, langsung tepar deh sampe pagi.
Well, sekarang hari Rabu, 23 Mei. Saatnya Psikologi test. Kali ini aku nggak bareng lagi sama Adimas. Dia dapat jadwal besok :) Udah siap-siap, jam 7 berangkat menuju kampus. Akhirnyaa, balik lagi ke Bumi Sanapati ini :') Seperti biasa, nunggu sampe gerbang dibuka. Oh ya, waktu nunggu itu aku dapet kenalan. Namanya Risna, dia dari Tulungagung :) Hai Risna... apa kabar ? :) Pasti sekarang udah di AKA ya ? :)) Jam7.30 an gerbang dibuka, sama seperti kayak dulu, pengecekkan ID terus baris masuk satu-satu :) Habis itu langsung masuk ke Auditorium. Suasananya tenang, nggak seperti waktu tes tahap satu dulu :D Diputerin lagu-lagu yang softcalm pula :) Duduknya nggak satu-satu lagi, duduknya dua-dua. Meja-kursinya pun sangat nyaman. Beda deh sama yang tahap satu dulu. Setelah nyari nomer peserta, akhirnya nemu juga tempat dudukku :) Aku duduk sama cowok, tapi nggak langsung kenalan. Kita sama-sama diem sampe lama. Terus aku beranikan diri buat tanya,
aku : "darimana mas?"
dia  : "dari Tegal, mbaknya darimana?"
aku : "dari Malang. Sendirian aja mas yang dari satu sekolah?"
dia : "enggak mbak, tapi temenku jadwalnya besok. mbaknya?"
aku : "sama"
Udah, cuman gitu aja percakapan pertama kita. Aku nggak nanya nama, dia juga sama. Waktu ada instruksi buat ngeluarin kartu peserta, aku baru tau namanya cowok itu, Arman Fardansyah. Well, sekrang waktunya tes dimulai. Bismillah :)) Sesi demi sesi udah dilalui. Yah, macem-macem lah ya, ini nih yang paling seru. Mungkin waktu itu udah siang banget, sekitar jam setengah dua belasan lah. Waktunya tes pauli. Tau kan, tes yang nge-jumlahin angka buanyak itu, yang lebar kertasnya seukuran kertas koran -_- Fiuuh, udah laper-lapernya, tesnya gitu lagi -_- Udah gitu kan di timing -_- Awal-awal sih oke aja ya, semakin lama semakin seru dan menegangkan. Daaaaaan, ini nih yang paling menegangkan, tiba-tiba denger bunyi peluit panjang, habis itu kayak denger segerombolan pasukan masuk. Dan, pasukan itu, MENGGANGGU kita ! Ya, mereka semacam bawa perabotan rumah tangga+peralatan drum band+nggak tau lah apa yang lainnya, mereka mainin alat-alat itu, sambil ada yang teriak-teriak kayak kunti, setan, atau apalah sejenisnya. Suasana semakin tegang. Juga diputerin suara sirine, suara perang, suara hantu-hantu, suara konser silih berganti. Ada juga pasukan yang ngeganggu kita dengan cara mengucapkan angka-angka tepat ditelinga kita. Tapi, kita dituntut untuk tetap berkonsentrasi. Untungnya, kalo di rumah lagi belajar sering digangguin kakak-kakakku, jadinya nggak begitu terpengaruh deh :D cuman sempet gemeteran bentar, mungkin kaget kali ya, hihihi =) Itu lama banget digangguinnya, sampe Pauli test selesai, sekitar jam 12.20an deh. Aku cuman dapet selembar bolak-balik dan nggak penuh :| Gilaaaa, ada juga yang bisa dua lembar, ckck -_- Pauli udah, sekarang waktunya ISHOMA :)) Oh ya, teman sebangkuku kelihatan shock banget, emang sih kayaknya dia dapet lebih banyak daripada aku, tapi waktu istirahat itu, dia duduk sambil bengong sampe lama. Aku langsung siap-siap buat shalat dzuhur bareng Risna :)) Hampir setiap anak yang dibahas ya Pauli test itu -_-
Shalat udah, balik lagi deh ke tempat duduk. Waktunya makan dulu :))
Setelah sekitar satu jam, tes dilanjutkan lagi. Kali ini testnya lebih rilex, lebih fun. Waktu tes menggambar orang, fiuuh...aku kan paling nggak bisa nggambar orang, ya udah, aku nggambarnya kartun-kartun gitu, eh si mas kameramennya kok ya pas ngambil gambar ke aku -____- Tes ini itu udah, sampe jam 16.30an. Selesai deh :) Sempet ngomong-ngomong lagi sama temen sebangku
dia : "belum kenalan ya mbak tadi, Arman" (sambil nyodorin tangan)
aku : "oh iya, S*******." (nyodorin tangan juga)
dia : "semoga bisa ketemu lagi ya mbak"
dia : "oh iya, amiiin. habis ini langsung balik mas?"
dia : "iya mbak, mbaknya ?"
aku : "sama. ya udah, mari."
dia : "iya mbak."
Udah, habis itu langsung keluar menuju mobil deh. Oh ya, tapi waktu itu diajak mampir dulu ke rumahnya Arip. Arip ini anaknya kenalan bapakku waktu di ragunan -_- Dia bareng pulang juga waktu itu. Dan bapaknya si Arip ini selalu panggil aku "neng" hihihi =) Habis dari rumah si Arip kita langsung pulang deh. Tapi kali ini, full jalur selatan. Beda suasana lagi :D Sempet ngadem juga di puncak :) Setelah 27-29 jam perjalanan akhirnya nyampe rumah juga. Habis beres-beres tepar lagi deh :D Tentunya, berharap ada kabar baik tanggal 4 Juni nanti :')
Oke, that's all....tunggu the next post ya, tentunya masih lanjutan tentang ini :D